prosespembuatan produk bioteknologi konvensional (Tempe). 8. Peserta didik melihat penayangan video tersebut. 9. Guru Membagikan LKPD Tentang kegiatan praktek aplikasi bioteknologi konvensional dibidang pangan yaitu Membuat Tempe. 10. Guru Menjelaskan Langkah-langkah pengerjaan LKPD 11. Guru dan peserta didik membuat kesepakatan tentang jadwal
Pembuatantempe menggunakan plastik dan daun pisang. Fermentasi dan pengamatan dilakukan selama 1 hari / 24 jam. Dengan dibungkus menggunakan serbet, agar suhu selama proses fermentasi tetap terjaga.
ViewLAPORAN PRAKTIKUM BIOLOG1 tempe dan BIOLOGY 1121 at University of the People. LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN TAPE DAN TEMPE TAHUN PELAJARAN 2016/2017 XII IPA 4 Study Resources
Padaproses pembuatan tape, jamur ragi akan memakan glukosa yang ada di dalam singkong sebagai makanan untuk pertumbuhannya, sehingga singkong akan menjadi lunak, jamur tersebut akan merubah glukosa menjadi alkohol. 3 resep makanan enak dengan bahan dasar tempe, simak cara pembuatannya sabtu, 25 april 2020 14:20 Laporan praktikum biotek
Laporanpembuatan tape Laporan pembuatan tapai merupakan salah satu praktikum yang sering dilakukan pelajaran biologi atau ilmu pengetahuan alam. Pembuatan tapai akan melibatkan yang namanya proses fermentasi dengan media bisa dipelajari oleh murid dan dijelaskan oleh guru. 1. Latar belakang
kbt8MT6. Praktikum Bioteknologi I Fermentasi Bahan Makanan Pembuatan Tempe Menganalisis dan memahami prinsip fermentasi yang terjadi pada kedelai hingga menjadi tempe 6 Kertas Minyak 7 Panci 8 Baskom 4 Daun pisang, jati, dan waru 9 Kompor 10 Stapler 1 Cuci kedelai dengan air bersih 2 Rendam kedelai selama 6-12 jam agar kedelai mengembang 3 Rebus kedelai selama 1 jam yang bertujuan untuk melunakkan kedelai 4 Kedelai kemudian diremas-remas hingga kulit kedelai terkelupas dari bijinya 5 Kemudian tiriskan dan bilas kedelai sampai bersih dari kulitnya 6 Campurkan kedelai dengan ragi sampai rata dengan perbandingan 1kg kedelai dicampur dengan 40gr ragi tempe aduk hingga merata 7 Timbang 50gr campuran kedelai dan ragi tersebut lalu bungkus dengan daun yang disediakan daun pisang, daun waru, dan daun jati, pembungkusan juga menggunakan bahan lain plastik dan kertas minyak kemudian tusuk-tusuk atau toreh agar udara bisa masuk 8 Pemeraman dilakukan pada suhu kamar dengan ruangan agak gelap selama 2x24 jam 9 Amati hasil dan bandingkan dalam bentuk tabel pengamatan. Amati pula dibawah mikroskop masing-masing tempe tersebut dengan mengambil sedikit miselium jamur pada permukaan tempe. Gambar tempe pada masing-masing media pembungkus Jenis Pembungkus Gambar Tempe Gambar hifa Daun Pisang Daun Waru Daun Jati Plastik Kertas Minyak Kriteria Pengamatan Jenis Pembungkus Indikator Pengamatan Tekstur Aroma Warna Pertumbuhan Jamur Spora Daun Pisang Lembut, miselium terikat erat Khas tempe, sedikit aroma tidak sedap Hifa putih, kedelai masih terlihat kekuningan Merata pada bagian atas, bagian bawah lebih jarang, miselium tebal, Baru meng- hasilkan sedikit spora Daun Waru Kasar, miselium hanya mengikat beberapa kdelai Sedikit aroma tempe, aroma tidak sedap Hifa putih kehitaman, kedelai masih terlihat kekuningan Tersebar pada bagian tertentu, tidak menutupi seluruh permukaan tempe, hanya beberapa, miselium tipis Sudah meng-hasilkan banyak spora Daun Jati Agak kasar, miselium tidak mengikat beberapa kedelai Sedikit aroma tempe, aroma tidak sedap Hifa putih, beberapa kedelai terlihat mulai menghitam Tidak merata dimana ada beberapa bagian yang tidak tertutupi, miselium tipis Sudah menghasilkan spora yang lumayan banyak Plastik Agak lembut, miselium saling mengikat Khas tempe, sedikit aroma tidak sedap Hifa putih, kedelai masih terlihat kekuningan Cukup merata pada bagian atas, bagian bawah lebih sedikit, miselium tipis Spora sangat sedikit bahkan hampir tidak ada Kertas Minyak Lembut, miselium saling mengikat Khas tempe, sedikit aroma tidak sedap Hifa putih, kedelai masih terlihat kekuningan Merata pada bagian atas, bagian bawah lebih sedikit, miselium tebal Spora sangat sedikit bahkan hampir tidak ada Proses pembuatan tempe pada dasarnya merupakan proses penumbuhan spora pada jamur tempe oleh Rhizopus sp. Seperti yang kita ketahui pembuatan tempe dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni oksigen, suhu, pH, dan Kelembaban udara uap air. Faktor tersebut sangat mendukung dalam proses pertumbuhan jamur tempe Rhizopus dimana ketika keadaan lingkungan yang baik sesuai dengan keadaan jamur yang tumbuh, maka akan menghasilkan tempe yang bagus. Menurut Sarwono dalam Iqbalali “Dalam proses fermentasi tempe kedelai, substrat yang digunakan adalah keping-keping biji kedelai yang telah direbus. mikroorganismenya berupa kapang antara lain Rhizopus olygosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer dapat terdiri atas kombinasi dua spesies atau ketiganya dan lingkungan pendukung yang terdiri dari suhu 30˚C, pH awal 6,8% kelembaban nisbi 70-80%. Tetapi pada praktikum ini, keadaan tersebut diberlakukan sama pada setiap pengujian tempe, yang membedakan hanya dari jenis pembungkus saja. Dari hasil praktikum yang kami lakukan, menemukan bahwa pada setiap tempe yang dibuat dengan hasil yang berbeda disebabkan oleh pembungkus yang berbeda pada tempe. Perbedaan tidak hanya terlihat pada permukaan tempe saja, tetapi juga terlihat berbeda pada pengelihatan mikroskopik. Dari hasil percobaan kami, kami menemukan bahwa tempe terbaik dihasilkan saat menggunakan daun pisang sebagai pembungkus, sedangkan yang kurang baik adalah menggunakan daun waru dan jati. Hal ini berbeda dengan refrensi yang kami dapatkan dimana hasil tempe dari pembungkus daun lebih baik daripada pembungkus sintetis. Terjadi beberapa kesalahan perlakuan pada setiap tempe yang kami buat menyebabkan tidak maksimalnya pertumbuhan jamur tempe. Kurang maksimalnya hasil tempe yang didapatkan ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni pada saat penirisan kedelai tidak dilakukan dengan benar dan pada saat pengemasan, dimana kedelai masih basah dan terdapat air, air yang berlebihan dalam biji dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan jamur dan menyebabkan pembusukan. Selain itu, pemberian ragi tempe yang tidak merata, suhu yang tidak sesuai juga dapat menyebabkan beberapa bagian tempe mengalami pembusukan. Hasil tempe yang dibungkus dari daun pisang menghasilkan pertumbuhan Rhizopus yang maksimal, dimana miselium tebal dan mengikat seluruh bagian kedelai yang menyebabkan tekstur tempe menjadi lembut merata, aroma yang dihasilkan juga aroma khas tempe walaupun sedikit kurang sedap, warna miselium yang menutupi kedelai berwarna putih. Dilihat secara mikroskopik hifa terlihat panjang, dan baru menghasilkan sedikit spora yang matang, hal ini yang menyebabkan warna tempe masih berwarna putih. Menurut beberapa sumber yang kami baca, hal ini disebabkan karena daun pisang mengandung polifenol yang berfungsi sebagai antioxidan dan juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus, hal trersebut dapat memaksimalkan proses fermentasi. Daun pisang juga memiliki rongga-rongga udara yang dapat melancarkan sirkulasi udara yang mana jamur tempe memerlukan oksigen untuk kelangsungan hidupnya. Pada tempe yang dibungkus menggunakan daun waru memiliki tekstur yang kasar dimana miselium hanya mengikat beberapa kedelai, miselium yang dihasilkan juga sedikit, pada pembesaran mikroskopik terlihat spora jamur sangat banyak yang matang sebagai indikasi dari tempe yang muai akan membusuk, daun waru merupakan media tumbuh dan berkembang yang baik bagi Rhizopus sp. dimana jamur tempe ini akan memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal, tetapi dalam praktikum ini miselium yang dihasilkan tidak merata mengikat kedelai. Hal ini disebabkan karena kesalahan praktikum yang kami lakukan, kami tidak mencuci daun waru yang digunakan untuk membungkus kedelai fermentasi, kami menduga bahwa terdapat mikroorganisme lain yang ada di permukaan daun waru tersebut jamur dan bakteri penghambat. Tempe yang dihasilkan memiliki sedikit aroma tempe dan juga mengeluarkan bau yang tidak sedap amoniak. Hifa berwarna putih dengan beberapa bagian menghitam yang menunjukkan pematangan spora yang terjadi, terlihat banyak pematangan spora pada pembesaran mikroskopik. Daun waru sebagai media tumbuh jamur yang sangat baik, sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan reproduksi jamur tempe. Hal ini menyebabkan tempe cepat menghitam dan berbau busuk karena cepatnya pertumbuhan dan pematangan spora jamur. Seharusnya miselium yang tumbuh pada tempe ini banyak menutupi kedelai tetapi karena daun terkontaminasi menyebabkan pertumbuhan hifa tidak merata. Pada tempe dengan pembungkus daun jati menghasilkan tekstur tempe yang agak kasar, miseliumnya tidak mengikat semua kedelai, pertumbuhan jamurnya tidak merata, ada beberapa bagian yang tidak ditutupi hifa, dan hifanya tipis. Pada pembesaran mikroskopik terlihat beberapa spora yang sudah matang, sebagai indikasi bahwa tempe sudah mengalami proses pematangan dan selanjutnya akan mengalami pembusukan. Aroma yang dihasilkan dari tempe pembungkus daun jati ini sedikit berbau tempe dan aromanya tidak sedap. Pada beberapa bagian tempe yang memadat berwarna putih disebabkan oleh pertumbuhan miselium kapang sedangkan bagian yang tidak memadat/lembek dan terdapat bercak berwarna kehitaman. Selain itu, pada daun jati terdapat banyak trikomata yang memungkinkan terdapat banyak spora sehingga akan mengganggu proses fermentasi karena adanya mikroorganisme selain miselium tersebut. Kesalahan juga terjadi pada saat pembungkusan, kami tidak membersihkan daun jati yang menyebabkan mikroorganisme masih melekat pada permukaan daun, adanya trikomata yang tebal juga menyulitkan dalam pembersihan/ pensterilan daun. Selain itu kami juga salah dalam melakukan pembungkusan kedelai tempe. Sesuai refrensi yang kami baca, seharusnya pada saat membungkus kedelai menggunakan bagian bawah daun untuk memaksimalkan pertumbuhan jamur tempe, tetapi kami menggunakan bagian atas daun yang dapat berpengaruh dalam pertumbuhan jamur tempe. Dalam daun jati terdapat kandungan antosianin yang berperan sebagai antioksidan. Antosianin ini merupakan sub-tipe senyawa organik dari flavonoid. Senyawa ini sering digunakan dalam pengawetan buah. Karena kandungan antisianin ini menyebabkan pembusukan sulit terjadi. Seharusnya tempe yang dihasilkan bagus karena adanya antosianin ini, tetapi mungkin karena adanya kesalahan dalam praktikum ini menyebabkan kurang bagusnya hasil tempe dengan pembungkus daun jati ini. Pada tempe dengan pembungkus plastik tekstur yang dihasilkan agak lembut, miselium saling mengikat. Aroma yang dihasilkan khas aroma tempe akan tetapi sedikit tidak sedap. Hifa berwarna putih, kedelai masih terlihat kekuningan. Pertumbuhan jamur cukup merata pada bagian atas, bagian bawah lebih sedikit hifa, hifanya pun tipis. Dengan menggunakan media plastik menghasilkan tempe yang cukup bagus, karena plastik cendrung lebih steril dibandingkan media lainnya yang menggunakan daun. Tak jarang pada daun terdapat mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan jamur pada tempe. Tetapi plastik merupakan bahan sintetis yang mengandung bahan kimia yang kurang baik bagi konsumen. Faktor ini dipengaruhi karena kurangnya pelubangan pada plastik yang menyebabkan jamur tempe kurang mendapatkan oksigen. Faktor lainnya juga karena pada saat pemberian ragi yang tidak merata sehingga pertumbuhan kapang tidak merata, selain itu pada saat penirisan dan pembersihan kulit ari kurang baik sehingga miselium susah untuk menembus kedelai tersebut. Saat peragian kedelai masih basah sehingga air masih banyak yang menyebabkan miselium tidak dapat tumbuh dan cepat membusuk. Pada tempe yang dibungkus dengan kertas minyak memiliki hasil tempe yang hampir mirip dengan tempe yang dibungkus dengan plastik. Pada intinya kertas minyak menggunakan lapisan plastik pada permukaan kertas hanya saja lebih tipis. Dengan menggunakan kertas minyak lebih bagus dibandingkan pembungkus plastik, kami menduga bahwa hal ini disebabkan karena pada kertas minyak suplay oksigen dan keadaan suhu lebih tepat dibandingkan plastik. Pada pembesaran mikroskopik tidak terihat terjadinya pematangan spora baik pada plastik maupun kertas minyak, pembungkus yang berbahan dasar plastik dapat memberikan suhu yang lebih dibandingkan suhu normal tumbuh jamur tempe, dengan hal tersebut dapat menghambat pematanggan spora jamur. Kesimpulan yang dapat kami tarik dari praktikum yang dilakukan ialah, pertumbuhan Rhizopus pada tempe dipengaruhi karena pembungkus yang berbeda. Masing-masing pembungkus memberikan perlakuan yang berbeda pada kedelai, sehingga menghasilkan tempe degan kualitas yang berbeda. Pematangan spora yang terjadi juga berbeda pada setiap jamur tempe pada masing-masing pembungkus tempe. Pada praktikum yang kami lakukan, tempe yang terbaik dihasilkan pada pembungkus daun pisang sesuai dengan kreteria pembahasan. Seharusnya membungkus tempe dengan menggunakan daun akan lebih daripada bahan sintetis. Tetapi karena kesalahan dalam proses praktikum kami menemukan hasil yang berbeda yakni daun jati dan daun waru menghasilkan tempe yang kurang baik. Nurhidajah, Siti Aminah.” CHIPS TEMPE SEBAGAI MAKANAN RINGAN ALTERNATIF PENGGANTI JUNKFOOD”. Universitas Muhammadiyah Semarang. Dalam Sarwono B, 1996, Membuat Tempe dan Oncom, Penebar Swadaya, Jakarta Buku Online. Sukardi, dkk. Desember 2008. “UJI COBA PENGGUNAAN INOKULUM TEMPE DARI KAPANG Rhizopus oryzae DENGAN SUBSTRAT TEPUNG BERAS DAN UBIKAYU PADA UNIT PRODUKSI TEMPE SANAN KODYA MALANG”. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No. 3. Dalam Universitas Sumatera Utara.”Tempe” dalam artikel ilmiah.
diremas-remas hingga kulit kedelai terkelupas dari bijinya lalu tiriskan sampai airnya habis. kedelai dengan ragi hingga rata, dengan perbandingan 300gram kedelai dicampurkan dengan ½ ragi alami tempe. dicampurkan hingga rata. kedelai dicampur dengan ragi, lalu dibungkus dengan beberapa jenis pembungkus daun jati, daun waru, daun pisang, plastik, dan kertas minyak. campuran kedelai dibungkus, kemudian pembungkus di tusuk-tusuk atau ditoreh-toreh dengan pisau agar udara bisa masuk. pemeraman pada suhu kamar dan ruangan agak gelap selama 2x24 jam. hasilnya dan bandingkan dalam bentuk tabel pengamatan. 10. Mengamati pula di bawah mikroskop masing-masing tempe tersebut dengan mengambil sedikit miselium jamur pada permukaan tempe. dan Pembahasan NoJenis PembungkusHasil FermentasiHasil Pengamatan Mikroskop Pisang Jati Waru Minyak Proses pembuatan tempe meliputi tahapan sortasi dan pembersihan biji, hidrasi atau fermentasi asam, penghilangan kulitdapat dilakukansetelah biji mengalami hidrasi, dengan cara direbus atau direndam, penghilangan kulit bijimemudahkan pertumbuhan jamur. Proses penirisan, tahapan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam biji dan menurunkan suhu biji sampai sesuai dengan kondisi pertumbuhan jamur, air yang berlebihan dalam biji dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan jamur dan menyebabkan pembusukan. Setelah penirisan, dilanjutkan dengan dilanjutkan dengan pengemasan pada daun pisang, daun waru, daun jati, kertas minyak, dan plastik yang yang diberi lubang/ditoreh agar oksigen bisa dilakukan pada suhu kamar 25º-
laporan praktikum bioteknologi pembuatan tempe